Nyala untuk Yuyun



Basah hujan sepanjang tahun,
belum tentu membuat gigil, sayang.
Kecuali kepergianmu,
si jantung merah delima hutan rimba.
Ingin kurantau hatimu,
degup dan makna apa di dalamnya.
Namun lirih, Yun..
Namamu telah semerbak kenanga.
Telah pergi kau ke lain rindu, Yun.
Sedang orang-orang menyebut namamu,
penuh dan khidmat, menyentuh bagai
derau hujan yang mencari kemarau dalam mataku.
Kenapa ada rindu yang tiba-tiba
basah seperti ini, Yun?
Jakarta, 2016


Note: 
Puisi ini saya tulis tanggal 04 May 2016, jam 01:11:45 AM, untuk mengenang Yuyun. #NyalauntukYuyun#Kamiuntukyuyun#Yuyunadalahkami