Pernikahan adalah bagian sakral dalam kehidupan. Dalam agama apapun, menikah adalah kewajiban yang harus ditunaikan jika sudah waktunya telah tiba. Menikah menikah juga bukan saja sebuah bentuk representasi seorang manusia dalam menyalurkan naluri mereka. Namun, menikah adalah cita-cita setiap manusia hidup, guna melangsungkan keturunan.
Namun, dalam setiap pernikahan, pastinya kedua mempelai telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk dapat sampai pada tahap selanjutnya, seperti menghiasi rumah, bebelanja keperluan, mempersiapkan tempat, dan segala macamnya. Lantas, bagaimana jika pernikahan itu adalah sebuah pernikahan orang-orang tekenal yang popular di Indonesia?
Berikut, PepNew.com merangkum beberap pernikahan anak Presiden RI mulai dari Soeharto, SBY, hingga Joko Widodo (Jokowi).
Kahiyang Ayu
Anak Presiden Joko Widodo, Kahiyang Ayu, akan melangsungkan pernikahannya dengan Bobby Nasution, yang konon disebut-sebut sebagai generasi ke-7 dari keturunan Raja Gunung Baringin Nasution Mandailing Natal Penyabungan Timur. Pernikahan tersebut akan dilangsungkan di di Gedung Sabha Buana, Solo, 8 November 2017, dan akan dijaga ketat oleh 5.453 petugas.
Tapi apa makna yang mampu kita dapat mengetahui bahwa Kahiyang Ayu menikah dengan orang yang berbeda suku dengannya?
Sebuah analisis dari Lewis, Yancey, and Bletzer 1997 menulis, kaum perempuan memilih menikah dengan pasangan campuran karena merasa memiliki minat yang sama dengan pasangannya. Ketertarikan fisik, kesukaan akan hiburan yang sama dan bahkan kesamaan sosial ekonomi juga merupakan alasan pemilihan pasangan. Alasan yang menyebut tertarik karena 'ras pasangan' cenderung kurang dibandingkan karena alasan 'nonras'. Artinya, pernikahan Kahiyang-Bobby itu tentu saja tidak lagi memperdepatkan perbedaan suku.
Adapun makna di balik pernikahan Kahiyang Ayu dengan Bobby Nasution adalah sebuah manifestasi kebudayaan dalam melahirkan ras dan kebudayaan baru. Indonesia memiliki lebih dari 360 jenis kelompok etnis yang terus berkembang di Nusantara bahkan dunia. Pernikahan berlainan suku juga punya seabrek keuntungan lainnya, salah satunya adalah menghindari penyakit yang bersebab lantaran keturunan pertalian darahnya terlalu dekat.
"Ya namanya orang, kan, beda-beda," tulis Antaranews.com menanggapi Iriana Jokowi di kediaman pribadinya beberapa pekan lalu dalam sebuah jumpa pers yang dihadiri oleh semua keluarga inti Presiden Jokowi, yaitu Jokowi sendiri, Iriana, Gibran Rakabuming, Kahiyang Ayu, dan Kaesang Pangareb.
Kahiyang sendiri pernah begitu kesal dengan beberapa warganet yang terkesan tak setuju dengan keputusan pernikahannya dengan Bobby hingga membuat sebuah postingan di Intsagram dengan post, “Maaf yaa Ibu-ibu yang udah DM bikin gemezzz klo udah diblock, ku report juga," tulis Kahiyang dengan kesal.
Dilihat dari segi perpolitikan, seharusnya Presiden Jokowi bisa saja mencarikan suami untuk anaknya dari kalangan pejabat tinggi dari pemerintahannya. Namun, rupanya Jokowi lebih mementingkan kebahagiaan Kahiyang Ayu daripada kebahagiaan dirinya sendiri.
Tribunnews.com menuliskan, dalam kalender Jawa, pernikahan Kahiyang-Bobby disebutkan memiliki watak Lakuing Bayu, Wasesa Segara. Makna itu diambil dari penetapan tanggal pernikahan mereka yang artinya, Kahiyang dan calon suaminya ke depan memiliki kehidupan dengan perencanaan yang bagus dan tahu arah rejeki mereka berdua," kata Tenaga Teknis Permuseuman Bidang Pernaskahan di Museum Radya Pustaka Solo, Jateng, Totok Yasmiran.
Museum Radya Pustaka adalah tempat yang sering didatangi warga untuk mendapatkan tanggal baik dalam menyelenggarakan sebuah hajatan.
Ibas
Makna lainnya yang dapat dipetik dari sebuah pernikahan adalah perpaduan dua unsur politik besar. Seperti pernikahakan anak dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yakni Edhi Baskoro alias Ibas dengan Siti Rubi Aliya, anak Menteri Koodinator Perekonomian, Hatta Rajasa yang katanya pada waktu itu dua kekuatan politik antara PAN dengan Demokrat.
Apalagi saat itu Hatta Rajasa sedang mempersiapkan langkah awal untuk maju pada Pemilu 2014 sebagai wakil presiden mendapingi Prabowo Subianto dan didukung oleh enam partai politik lainnya seperti Gerindara, PKS, PAN, PPP, dan PBB serta Golkar.
Namun hal itu tentu mendapatkan bantahan dari pengurus PAN, terutama dari Patrialis Akbar. Dalam sebuah berita, Patrialis Akbar saat itu meminta kepada semua kalangan untuk tidak mengaitkan pernikahan Ibas dan Aliya sebagai satu bentuk maneuver politik petinggi partai.
"Jangan diarahkan pernikahan ini ke politik. Karena itu bisa menyinggung hati dan perasaan kita. Saya kira nggak pernah ada pembicaraan seperti itu. Saya yakin betul itu," kata dia di Istana Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, Kamis 24 November 2011.
Tommy Soeharto
Sebagaimana disebutkan tadi di atas, pernikahan adalah bagian sakral dari kehidupan. Namun tak semua pernikahan dapat bertahan lama. Masalahnya bisa dari hal sepele atau hal yang paling besar. Terutama kecemburuan istri atau kenakalan seorang suami.
Hal itu pula yang terjadi dengan pernikahan Tommy Soeharto. Dia menikah dengan Ardhia Pramesti Regita Cahyani Soerjosoebandoro atau Tata pada 30 April 1997 namun digugat sembilan tahun kemduian pada September 2006.
Sebuah berita online, Merdeka.com menyebutkan, saat itu pernikahan anak emas Soeharto begitu meriah. Banyak media yang hadir bahkan dari luar negeri. Pernikahan yang berlangsung di Pendopo Agung Sasono Utomo, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) itu menyedot banyak perhatian.
Pun begitu, ada makna tersendiri bagi Soeharto kepada sosok Tommy. Ia konon adalah penyelamat bagi Presiden kedua Republik Indonesia itu. Sebab, Tommy lahir saat dirinya (Soeharto) harus melaksanakan tugas Operasi Pembebasan Irian Barat (Jaya) dengan sandi operasi Mandala. Nama Mandala Putra pun tersemat menjadi panggilan Soeharto kepada Tommy.
Selain itu, makna kedua (keberuntungan Soeharto) lainnya atas Tommy adalah ketika dia dirawat di sebuah rumah sakit lantaran terkena air panas. Saat itu, peristiwa penculikan jenderal (G30S 1965) terjadi.
Beruntung, Soeharto saat itu berada di rumah sakit itu (RSPAD) dan terbebas dari penculikan dan tuduhan bahwa ia adalah dalang dari peristiwa tersebut. Kemudian, pada tahun 1967 ia menjadi presiden kedua hingga 1998.
***