Tempo, Sabtu, 2 Juni 2018



kita tak pernah pandai
menerjemahkan hujan turun
dan gemuruh dalam kelapa

rasanya, baru kemarin kita dua tiang
rumah gadang, tapi entah kenapa kini
tak lagi seibu sekanduang

aku hanya punya kata-kata, tapi
kau memotongnya menjadi kecil-kecil
hingga aku terseruak di bibir malam

di kamar ini, kesunyian seperti Cikini
yang kelam dikunyah hujan -sambil
mengingatmu aku melahap isi kepala sendiri:
sebab, itulah bahasa paling kasih

ubek sakiek dalam dado ini

Blok M, Jakarta, 2018


Koran Tempo, 2 Juni 2018