Peserta FSB saat mengikuti seminar di FKIB Bahasa, Universitas Bengkulu |
Untuk kedua kalinya, saya datang ke Bengkulu untuk merayakan Festival Sastra Bengkulu (FSB) 2019 yang penuh gelora muda, motivasi, dan dukungan kuat dari berbagai pihak, khususnya dari Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah, Bekraf, FKIP Universitas Bengkulu, Djarum Fondation dan disiarkan live oleh RRI Bengkulu ke seluruh Indonesia.
Acara FSB 2019 diselenggarakan oleh Imaji Indonesia dengan menghadirkan berbagai penyair dan pemateri handal seperti Joko Pinurbo, Kurnia Effendi, dan Wacana Minda (Malaysia).
Dalam pidatonya, Gubernur Bengkulu sungguh mengapreasiasi kegiatan FSB 2019 tersebut, dan menganggap bahwa kegiatan ini harus dipertahankan agar terus berlanjut, sehingga Bengkulu punya bibit-bibit muda yang egaliter. Apalagi kegiatan ini adalah gelaran kedua yang berhasil digelar.
"Artinya, gelora kepenulisan di Bengkulu harus terus didukung," kata dia saat membuka kegiatan itu dalam Gala Dinner dan Pembukaan FSB 2019 di Pendopo Gubernur, Jumat, 14 September 2019.
Kegiatan Festival Sastra Bengkulu (FSB) 2019 tersebut ditutup dengan doa dan harapan agar peserta yang telah mengikuti berbagai agenda FSB tidak berhenti di situ saja. Setelah mengikuti rangkaian kegiatan, peserta diharapkan dapat membangun komunikasi secara intens dan konsisten menulis. Terusma bagi peserta yang berasal dari Provinsi Bengkulu sendiri.
Dalam penutupan, pihak sponsor dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mengucapkan selamat kepada seluruh peserta yang telah lolos kurasi FSB 2019 sehingga karyanya telah termaktub dalam buku Antologi Perjumpaan dan diluncurkan saat malam Gala Diner bersama Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah.
Kegiatan itu juga melahirkan Forum Penulis Muda Bengkulu (FPMB), yang nantinya akan menjadi wadah bagi 28 peserta yang hadir ke acara tersebut. Semoga apa yang digagas ini menjadi pintu masuk bagi kebangkitan literasi Bengkulu, khususnya anak muda untuk menulis dengan serius, menggali dengan teliti, dan kemudian melahirkan karya yang fenomenal.
Dalam sebuah testimoni, salah seorang peserta bernama Tessa Nova Rahmanda mengaku bahwa ini adalah karya pertamanya yang berhasil lolos kurasi dan diterbitkan dalam antologi puisi Perjumpaan. Puisi tersebut, katanya dikirim menjelang deadline penerimaan naskah FSB. Namun siapa sangka, naskah perdana tersebut terpilih dari ratusan naskah puisi yang masuk.
Panitia memilih 28 penulis asal Bengkulu yang terdiri dari berbagai latar belakang profesi, salah satunya adalah Tessa. Dia lahir di Air Periukan, 4 November 2002 dan satu-satunya peserta paling muda FSB 2019.
"Saya bersekolah di SMA Negeri 3 Seluma, Kelas XII IPA," kata dia malu-malu saat acara penutupan di Pulau Tikus, Bengkulu, Minggu 15 September 2019.